Senin, 17 Desember 2012

Pernah Singgah di Hati =(^.^)=


         Saya suka sama binatang berbulu yang imut ini sejak sya kecil. Dulu ketika masih tinggal di rumah simbah kakung, saya memelihara dua kucing kecil warnanya coklat (kembang asem) dan belang tiga warna (kembang telon). Entah kenapa saking gemasnya saya membawa dan mengelus kucing-kucing kecil itu. Saya belum sempat ngasih nama buat dua kucing kecil itu. Pernah terlintas di pikiran buat ngasih nama si coklat dengan nama Vijay :D , entah lah saya kebayakan nonton film India saat itu, yang aktor utamanya bernama Vijay. Coklat dan belang senang bermain-main dengan saya, ibu sampai khawatir kalau mereka bisa nularin penyakit. Namanya juga anak kecil, saya diam-diam masih suka ngelus-elus coklat dan belang.
Hingga suatu ketika..

         Siang itu saya pulang dari sekolah. Saya langsung bertanya sama ibu dimana coklat dan belang. Ibu agak kebingungan jawab pertanyaan saya. Kaget sekali waktu ada bekas darah di lantai. Si coklat kecil tidur di bawah mobil, bapak nggak tahu kalau si coklat kecil tidur di bawah mobil. Menangis mendengar berita itu. Ibu minta maaf karena nggak ngingetin bapak kalau si coklat suka tiduran di bawah mobil. Beberapa bulan kemudian kami pindah rumah, si belang terpaksa ditinggal di rumah mbah kakung dan sampai akhirnya dipelihar oleh tetangga saya. Terakhir saya dengar si belang sudah beranak. 
       Bulan November 2010, Gunung Merapi meletus. Di saat itu kucing tetangga melahirkan di rumah saya. Betapa senangnya mengetahui hal itu dari ibu. Saya diam-diam mengelus anak-anak kucing itu, saya takut induknya akan marah karena saya mengusik anak-anak kucing itu. Ternyata si induk kucing nggak pernah mengaum kalau saya mendekati buah hatinya. Kucing kecil itu ada tiga, saya kasih nama ellow, snowie dan brownie. Si induk tampak aneh setelah beberapa minggu beranak, tampak menyendiri dan nggak mau nyusuin anaknya. Ternyata si induk keracunan, sedihnya ketiga kucing kecil itu jadi yatim piatu. Saya meminta ibu untuk ngasih makan ketiga kucing itu. Satu per satu kucing itu nggak kembali ke rumah. Hanya satu yang bertahan di rumah. Brownie kecil dipelihara ibu saya. Awalnya dia nggak mau makan, tapi ibu coba kasih daging ayam akhirnya si brownie kecil mau makan. Daging ayam terlalu mahal untuk si brownie, akhirnya ibu mengganti dengan ikan pindang (gereh besek). Dua tahun berlalu, brownie telah menjadi bagian dari keluarga kami. Kami sangat menyukai brownie yang manja. Bapak senang sekali menggoda brownie. Hingga suatu hari brownie kelihatan lesu dan menyendiri. Seperti kucing lain yang kalau sakit suka menyendiri, si brownie menghilang. Beberapa minggu kemudian, tetangga saya bilang kalau dia menemukan brownie yang sudah tak bernyawa dan menguburkannya.



       Sedih sekali kehilangan brownie. Bapak dan ibu pun juga merasa ada sesuatu yang kurang di rumah tanpa brownie. Kami pun beberapa kali mencari kucing untuk dipelihara tapi belum nemuin yang cocok.

        Bulan Desember.
Saya bercengkrama dengan ibu di teras depan rumah. Ada anak lelaki membawa kucing putih kecil di keranjang sepedanya. Ibu memanggil anak itu, tapi anak itu nggak berhenti. Si kucing putih kecil itu melompat keluar dari keranjang. Dan lari ke arah rumah, anak lelaki itu akhirnya memberikan kucil putih itu kepada ibu. Wow...imut unyu-unyu kucing putih ini bermata biru seperti bule. Si kucing kecil mengeong-ngeong terus karena lapar dan belum kerasan di rumah. Saya mencoba memberi susu bubuk yang diseduh dengan air hangat..Slurrpp...habis disantap si kucing kecil. Snowie nama yang cocok untuk si putih bermata biru kelereng. Si mas yang saya kasih tahu tentang kucing putih di rumah saya tampak antusias ndengerin cerita saya. Si mas yang jahil lebih senang manggil dia buluk, tentu saja saya nggak rela..hehehe.


        Minggu lalu
Snowie yang mulai betah di rumah main-main di teras. Tak tahu ada musuh datang, si hitam yang yang juga musuh si brownie menerkam dari belakang. Ibu tahu, si kucing hitam dibentak dan diusir ibu. Snowie digigit kakinya. Si snowie menjilati kakinya yang luka. Siangnya si snowie nggak muncul....

       Beberapa kucing yang sembunyi di loteng kos saya
warna coklat seperti si brownie

 mirip si macan

 hitam 

mirip sulak kata si mas :p





Jumat, 25 Mei 2012

Rabu, 09 Mei 2012

Bday Card

 Lutunya de' Ulin

Mas Wa....Met milad
Luv u always :)

Visit


Cute Cat 

Kakak & Adik



Kakak & adik.....Look similiar :)

Minggu, 01 Mei 2011

Nice story



   Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia merasa capai untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi, maka persoalan yang lain muncul. Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api. Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan, pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah kata.

     Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan menunggu dengan tidak sabar. Ia keheranan melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit, ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakkannya dalam mangkok. Diambilnya pula telur-telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian dituangkannya juga kopi ke dalam cangkir. Segera sesudah itu ia berbalik kepada putrinya, dan bertanya: “Sayangku, apa yang kaulihat?” “Wortel, telur, dan kopi,” jawab anaknya.

   Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si anak mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum. Dengan rendah hati ia bertanya “Apa artinya, bapa?” Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah merasakan penderitaan yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi masing-masing berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah dimasak dalam air mendidih menjadi lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya memiliki kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah dimasak dalam air mendidih, cairan yang di dalam itu menjadi keras. Sedangkan biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam air mendidih, kopi itu mengubah air tawar menjadi enak.

“Yang mana engkau, anakku?” sang ayah bertanya.
“Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?”

Bagaimana dengan ANDA, sobat?

   Apakah Anda seperti sebuah wortel, yang kelihatan keras, tetapi saat berhadapan dengan kepedihan dan penderitaan menjadi lembek, lemah, dan kehilangan kekuatan?

   Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau tadinya berjiwa lembut, tetapi setelah terjadi kematian, perpecahan, perceraian, atau pemecatan, Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama, tetapi apakah Anda menjadi pahit, tegar hati,serta kepala batu?

     Atau apakah Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang membawa kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100 C. Ketika air menjadi panas, rasanya justru menjadi lebih enak. Apabila Anda seperti biji kopi, maka ketika segala hal seolah-olah dalam keadaan yang terburuk sekalipun Anda dapat menjadi lebih baik dan juga membuat suasana di sekitar Anda menjadi lebih baik.

    Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji kopi?


http://dongeng.org/dongeng-motivasi/wortel-telur-dan-kopi.html

Kamis, 17 Maret 2011

Kasih Sayang Ibu



Terima kasih Ibu 


Mother's Day Myspace Comments
MyNiceProfile.com



Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.


JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.


http://iphincow.wordpress.com/2010/12/22/kasih-sayang-seorang-ibu/#more-356